DENPASAR - Seni merupakan hasil kreativitas dan imajinasi penciptanya, banyak yang bisa dijadikan contoh hasil karya seni yang merupakan bentuk representasi obyek di dunia nyata, seperti lukisan manusia, patung hewan dan lainnya.
Tetapi ada pula hasil karya seni yang tidak merepresentasikan suatu obyek di dunia nyata, itu bisa disebut seni abstrak. Dibanding dengan jenis seni lainnya, justru abstrak memiliki kecendrungan yang lebih unik dan ciri khas tersendiri.
Baca juga:
Mancing Mania di Pulau Nusakambangan
|
Mendatangi acara talk show yang digelar di Black Gallery, Green Room Park23 Creative Hub, Jalan Kediri No.27 Kuta, Sabtu (17/12/2022). Karya indah Jro I Ketut Adi Candra dan Deni Andrianto terpajang di tembok Galeri.
Dalam keterangan Jro Adi Candra seni abstrak merupakan ciptaan seni yang mengandung unsur garis, bentuk dan warna yang sifatnya bebas atau tidak terikat dengan bentuk alam.
"Saya lahir di lingkungan seniman, terutama pemahat. Saya juga masuk di Universitas ISI Denpasar dan alumni disana, saya melukis sampai sekarang, " ceritanya kepada audiens yang hadir.
Ia juga mengucapkan terima kasih kepada Yoke Darmawan, karena telah menyediakan tempat di Black Gallery dan bisa berkolaborasi kedepannya.
Ide - ide yang diangkat oleh Jro Adi Candra dalam melahirkan karya - karyanya merupakan hasil olah spiritual yang dia tekuni selama ini. Ia juga bercerita tentang tim healing (penyembuhan) dari orang yang mengalami tekanan hidup, strees dan tertekan.
" Pengalaman dari teman healing ini juga menjadi modal saya untuk melahirkan karya seni abstrak saya ini. Pengalaman batin saya dalam goresan - goresan abstrak yang saya ikuti dari instuisi saya tanpa terlepas dari apa yang saya pelajari juga selama ini di kampus "
" Saya ingin penikmat seni dapat merasakan karya saya ini secara mendalam dan hanyut didalamnya, karena karya ini memiliki energi dari olah diri. Image yang saya miliki dalam lukisan saya adalah spiritualisme, bagi penikmat yang belum memahami spiritualisme dapat menikmati warna-warna mistis guratan saya yang mewakili alam nyata dan tidak nyata (sunyata), " jelas Jro Candra.
Demikian pula Deni Andrianto yang sedikit bicara ini mengungkapkan dirinya adalah penyuka lukisan sejak kecil. Latar belakang hidup dalam perantauan dengan keluarga pribadi, jauh dari anak dan istri, yang goretan-goretan diatas kanvas ini adalah merepresentasikan kondisi pengalaman dirinya pribadi.
"Belajar dari sekitar, dari situ kita mendapatkan energi untuk bangkit karena jatuh bangunnya menjadi seniman, " ungkap Deni.
Kondisi itulah yang mendorong seorang Deni Andrianto berkarya secara jujur, menjadi dirinya sendiri. Karya yang apa adanya ini menjadi indah karena kesederhanaan yang dibawakan melalui warna-warna diatas kanvas.
"Karya ini juga pengingat untuk saya kepada Tuhan yang Maha kuasa, semoga bisa dinikmati ya"
Yoke Darmawan yang hadir dalam talk show ini juga memberikan masukan pentingnya 'Communicator', untuk menerangkan sebuah brand, baginya pelukis ini adalah sebuah brand yang menghasilkan 'brand experience' bagi penikmatnya.
" Jaman bergeser dan pentingnya personal branding, yang artinya 3 values yang harus disampaikan dan tersampaikan oleh penikmatnya, seperti garis, warna dan komposisi yang dapat dikenali oleh penikmat "
"Mengkomunikasikan langsung dapat dikenali sebagai personal, itu yang saya maksud dari personal branding"
Muhammad Bundhowi selaku Kurator museum Rudana yang juga hadir menyaksikan pesona lukisan abstrak di Black Gallery ini, mengucapkan hal yang senada, pentingnya sebuah jembatan kepada masyarakat atau penikmat seni abstrak agar karya seni itu dapat dipahami lebih dalam.
" Itulah gunanya Kurator yang dapat menjelaskan kepada publik, jembatan ini penting. Kadang seniman ada yang kurang dapat menjelaskan karyanya secara verbal "
" Seniman bekerja dengan karyanya, jadi di gallery harusnya memberikan kursi didepan lukisan, itu agar publik dapat menikmati lebih lama lagi menatap karya seni yang dipajang di suatu gallery, " pungkasnya. (Ray)